Sabtu, 16 Oktober 2010

Siapkah Bekal yang akan dibawa mati


siapkanlah dirimu dengan bekal agama

Siapkanlah Bekalmu Untuk Hari Esok yang Panjang




Firman Allah s.w.t. :
"Hai orang-orang yang beriman, taqwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan (bekal) apa yang telah disiapkannya untuk hari esok.
Taqwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan". (Q.S Al-Hasyru : 18)
Pada ayat diatas Allah s.w.t. memperingatkan kaum mukminin agar tidak nekat mati. Karena mati bukan akhir permasalahan yang dihadapi manusia. Mati adalah pindah dari kehidupan duniawi menuju kehidupan akhirat (ukhrowi).
Justru mati merupakan kelanjutan kehidupan dunia ini. Di akhirat itu manusia akan menerima semua ganjaran amal kebaikan mereka, atau menerima siksa akibat dosa-dosa yang mereka lakukan. Oleh karena itulah, maka pada ayat 18 surah Al-Hasyru diatas, Allah s.w.t. juga memperingatkan orang-orang yang beriman, agar mereka senantiasa memperhatikan dan mempersiapkan bekal-bekal yang mereka bawa untuk kehidupan di akhirat itu. Dan bekalnya adalah taqwa!
Sehingga Allah s.w.t. menyebutkan kata-kata taqwa tersebut 2 kali di dalam ayat ini. Dan kedua-duanya dengan lafazh amar (perintah), yaitu memerintahkan kepada setiap mukmin untuk senantiasa taqwa kepada-Nya.
Namun sayang sekali, pengertian taqwa ini belum banyak yang memahaminya.
Padahal asal kata taqwa itu dari kata-kata arab, yaitu: waqa atau yaqii atau waqaayah yang artinya memelihara diri dari kesalahan. Para ulama telah menyimpulkan, bahwa makna dari taqwa itu adalalah: menjunjung tinggi perintah Allah s.w.t. dan menjauhi semua laranganNya.
Jadi makna taqwa itu ialah melaksanakan tuntunan agama Islam dengan sebaik-baiknya. Mengerjakan semua yang diperintahkan oleh Allah s.w.t., walaupun harus mengorbankan sebagian dari waktu, tenaga, dan kesenangan kita. Dan meninggalkan semua yang dilarangNya, walaupun diantara larangan Allah s.w.t. itu ada yang sangat menyenangkan (hawa-nafsu) kita. Inilah makna taqwa yang sebenarnya. Bukanlah orang yang taqwa, kalau dia tidak mendirikan sholat, tidak puasa, tidak zakat, dan tidak melaksanakan perintah Allah s.w.t. yang lain, yang sesuai dengan sunnah Rasulullah s.a.w. Dan tidaklah disebut taqwa, orang yang melakukan maksiat. Singkatnya, tidaklah taqwa orang yang meninggalkan ibadat dan melaksanakan maksiat.
Maka Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:
"Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada!"
"Bertaqwalah kepada Allah semampu (sekuat) kamu!"
kesimpulan makna taqwa, ialah: menerima, meyakini, dan melaksanakan semua perintah Allah s.w.t. dan sekaligus meninggalkan semua laranganNya, sesuai dengan teladan yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w.
Makna taqwa yang seperti inilah yang Allah s.w.t. perintahkan kepada orang-orang mukmin dan mukminah, agar mereka persiapkan untuk bekal menghadapi kematian (hari esok) yang sangat panjang. Dimana orang-orang yang taqwa akan dimasukkan Allah s.w.t. kedalam surga, dan meraka kekal didalamnya. Sedangkan orang-orang yang durhaka (fujjaar) akan dimasukkan kedalam neraka dan mereka kekal didalamnya. Oleh karena itu, maka Allah s.w.t. peringatkan kaum mukminin agar tidak terlena dan terlupa dari persiapan ini, sebagaimana firmanNya yang merupakan kelanjuta firmanNya di
atas:
"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah jadikan mereka lupa kepada (kewajiban) diri mereka sendiri, dan jadilah mereka orang-orang yang fasiq". (Q.S. Al-Hasyru : 19).
Orang-orang yang fasiq ialah orang-orang yang tidak mau melaksanakan titah Allah s.w.t. dan senang melakukan kemaksiatan. Ringakasnya tidak mau ibadah dan senang maksiat.
Kemudian pada ayat selanjutnya, Allah s.w.t. menerangkan perbedaan tempat bagi orang-orang yang taat (taqwa) dan tempat orang-orang yang fasiq (maksiat). Lihatlah firmanNya:
"Tidaklah sama (calon) penghuni neraka dengan (calon) penghuni surga.
Penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang sukses". (Q.S. Al-Hasyru :
20).
Menurut firman Allah s.w.t. pada ayat 20 ini, orang-orang yang sukses bukanlah orang-orang yang berhasil didunia ini dari segi materi dan kedudukan. Sukses yang dimaksud adalah sukses akhirat, yaitu masuk kedalam surga. Inilah sukses yang sebenarnya karena sifatnya abadi dan kekal selama-lamanya. Menerima semua nikmat Allah s.w.t. yang telah Dia janjikan kepada umat manusia. Dan syarat untuk mencapai sukses abadi ini ialah dengan cara taqwa kepada Allah s.w.t.
Beruntunglah mereka yang hidup kaya, berkedudukan tinggi dan mempunyai kelebihan lainnya, disamping itu mereka bertaqwa kepada Allah s.w.t. Dunia bahagia dan akhirat surga. Dan celakalah orang-orang yang melarat semasa didunia, buruk dan sakit-sakitan pula, sudah itu tidak pula ada imannya.
Dunia sengsara, akhirat masuk neraka.

KEMATIAN ITU PASTI TERJADI.........................

Tobat Nasuha


Tobat nasuha

Keindahan TobatOleh K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR
SEMOGA Allah yang Mahatahu setiap aib (kejelekan, kekurangan, dan kemaksiatan yang kita lakukan), menolong diri kita untuk berani mengakuinya. Karena orang tidak akan selamat kecuali karena ampunan Allah. Bahkan, kalau mau digabung-gabungkan kebaikan kita, satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat, satu kejelekan balasannya sesuai dengan kejelekan itu.
Allah mengajarkan kita cara bertobat sebagaimana tercantum dalam Alquran, "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami, niscaya, pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (Q.S. al A'raaf [7] :23).
Salah satu syarat tobat adalah menyesal. Akan tetapi, orang tidak akan pernah menyesal kalau dia tidak pernah tahu bahwa dia telah melakukan kesalahan. Oleh karena itu, beruntunglah orang-orang yang menyadari bahwa dirinya banyak dosa. Keadaan ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan orang yang merasa dirinya telah banyak beramal. Ketika orang merasa sedih dan pilu saat melihat kejelekan dirinya sendiri, itu lebih utama daripada orang yang sombong sehingga ia sangat optimis bisa menjadi ahli surga.
Rezeki terbesar dari Allah adalah ketika kita mulai berani jujur melihat kekurangan diri sendiri. Kehati-hatian untuk tidak mudah menilai orang lain, banyak memperbaiki diri, kemudian menangis dan bertobat, adalah sikap yang lebih baik dilakukan daripada menjadi ahli masjid, tetapi bersikap ujub dan takabur karena amalan-amalannya.
Kesungguhan kita bertobat insya Allah menjadi bagian dari rezeki yang besar dari Allah SWT. "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga..." (Q.S. Ali Imran [3]:133).


Ciri-ciri tobat nasuha.

1. Menyesal.

       Adanya penyesalan setelah melumuri diri dengan dosa dan kenistaan; adanya penyesalan setelah berbicara kotor; penyesalan ketika mata melihat kemaksiatan; penyesalan ketika menyakiti orang, adalah sikap-sikap yang menunjukkan adanya kecenderungan tobat nasuha. Orang yang tidak menyesal, tidak termasuk tobat. Orang yang bangga pada dosa-dosa yang pernah dilakukannya, menunjukkan bahwa dia belum sungguh-sungguh bertobat.

2. Memohon ampun kepada Allah.
      Memohon ampun kepada Allah bisa dilakukan dengan cara mengucapkan istigfar sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Adam as dan Nabi Yunus as di dalam Alquran. Di samping itu, memohon ampun harus dilakukan secara sungguh-sungguh dari hati yang paling dalam. Inilah salah satu tanda orang yang bersungguh-sungguh dalam tobatnya. Begitu pula dengan ungkapan sedih, derai air mata, dan menggigilnya perasaan adalah ekspresi dari penyesalan yang mendalam.

3. Gigih untuk tidak mengulangi.
Bukan sekadar tidak berbuat dosa, berpikir ke arah sana saja tidak boleh. Memang, kita dikaruniai kecenderungan untuk berbuat hal-hal yang negatif. Akan tetapi, bukan berarti harus dituruti. Namun, untuk dihindari, karena itulah yang akan membuat kita mendapatkan ganjaran dari Allah SWT.
Ciri tobat yang diterima.

Menurut Imam Al Ghazali dalam kitab "Muqasysyafatul Qulub", ada beberapa ciri yang menunjukkan tobat seseorang diterima, di antaranya.
1. Orang tersebut terlihat lebih bersih dan lebih terjaga dari perbuatan maksiat. Hal itu terjadi karena dia lebih bisa menahan diri. Dia seolah-olah mempunyai rem yang pakem. Rem ini seakan membuat dirinya terhalang dari perbuatan dosa.
2. Orang yang tobatnya diterima, hatinya selalu lapang dan gembira. Dia merasakannya baik dalam keadaan sendiri maupun ramai. Hati orang ini dihibur oleh Allah sehingga jernih dan lapang.
3. Dia selalu bergaul dengan orang-orang saleh dan mencari lingkungan yang baik pula. Orang yang sudah bertobat, namun masih kembali ke lingkungan yang tidak baik berarti dia belum sungguh-sungguh melakukan tobat. Lain halnya jika ia kembali ke lingkungan yang sama dengan niat untuk mengubah lingkungan itu. Mencari lingkungan yang baik adalah salah satu bagian yang akan membuat agama kita terpelihara.
4. Kualitas amalnya semakin meningkat. Selain menahan diri dari perbuatan maksiat, dia juga semakin meningkatkan kualitas salatnya, saumnya istikamah, malamnya dihidupkan dengan tahajud, dan sedekahnya terus meningkat. Inilah ciri orang yang tobatnya diterima.
5. Dia senantiasa menjaga lidahnya. Dia juga sangat serius dalam menata amal-amalnya. Semakin hari, kualitas amalnya semakin terus bergerak ke arah yang lebih baik. Dia memiliki kualitas pengendalian lisan dan pikiran dengan baik. Ingatannya selalu kembali kepada Allah. Hal itu dia lakukan secara maksimal sehingga cinta dan kerinduannya kepada Allah semakin menggebu.
Jadi, kalau saat ini kita masih senang melakukan maksiat; mulut kita sering menyakiti, tidak memilih pergaulan yang lebih terpelihara, hati selalu resah dan gelisah terhadap urusan dunia, jarang mengingat Allah, dan kualitas amal merosot, itu bisa jadi berarti, tobat kita baru sekadar tobat "sambal", artinya kita menyesal, tetapi hanya sekadar penyesalan yang emosional; belum sampai pada derajat takut kepada Allah. Na'udzubillahimindzalik.
***
Semoga Allah Mengampuni semua dosa kita. Amin................

Berjilbab

Surga dan Neraka

Neraka dan Surga


Neraka dan surga adalah suatu kehidupan diakhirat kelak yang merupakan ganjaran dari segala amal perbuatan kita didunia ini. Semua agama menjanjikan adanya kehidupan demikian dan dalam agama Islam itu merupakan satu diantara enam buah rukun Iman yang merupakan sendi dari agama Islam itu. Kekalnya kehidupan surga tidak disangsikan lagi, bahwa nikmat surga itu tiada berkesudahan sehingga tidak bisa
dibayangkan bagaimana akhirnya...

Bagaimana dengan azab neraka? Berbagai pendapat dikalangan Ulama-Ulama Islam mengenai kekal tidaknya neraka akan tetapi sebahagian besar Ulama-Ulama Mainstream Islam berpendapat bahwa azab neraka itu
juga kekal selama-lamanya tiada akhir... dan merupakan ganjaran yang tidak berkesudahan terhadap orang-orang yang betul-betul kafir dan melawan Allah....

Pendapat yang umum......
Sudah menjadi pendapat yang umum dikalangan Mainstream Islam bahwa surga dan neraka itu adalah sama-sama abadi. Orang-orang yang ditetapkan masuk neraka disebabkan dosa-dosanya di dunia tidak akan keluar dari sana dan mereka akan tetap menjadi penghuni tempat api yang bernyala-nyala itu selama-lamanya. Berikut pendapat salah seorang penafsir Al-Qur'an dan Ulama dikalangan Mainstream Islam Indonesia lewat Tafsirnya Al-Furqan dalam Fasal 25 halaman XXIII. Berkata A. Hassan Bandung dalam Pengantar Tafsirnya itu :

"Menurut berpuluh-puluh ayat Al-Qur'an bahwa suarga dan neraka itu kekal selama-lamanya, yakni tiada berkeputusan. Oleh sebab merasa kasihan dan merasa tidak "patut" Allah menyiksa hamba-hambanya dengan tiada berkeputusan , maka ada beberapa orang dan pengarang putar-putar ayat Qur'an dan gunakan Hadits palsu hingga mereka jadikan bahwa neraka itu tidak kekal. Cari-cari jalan dengan memutar-mutar arti
Ayat-ayat itu tidak halal dan bukan perbuatan orang yang jujur.


" Diayat 107 dan 108 Surah Hud , Allah berkata bahwa suarga dan neraka itu kekal selama-lamanya, selama ada langirt dan bumi, kecuali apa yang dikehendaki Tuhanmu. 'Kecuali apa yang dikehendaki oleh Tuhan-mu itu satu pintu yang besar dan lebar. Orang kafir, orang yang dapat hukuman kekal di neraka, orang-orang kafir yangh berbuat kebaikan di dunia dan siapa-siapa lagi, kalau Allah mahu keluarkan dari neraka atau mahu kesuargakan, tidak siapapun yang akan menghalanginya, bahkan neraka itu , seluruhnya kalau Allah mahu
hapuskan, tidak berhaq siapapun bertanya "mengapa" ? Memang aneh kalau orang suka cari-cari pintu, tebok sana dan korek sini , ketika pintu yang besar sudah tersedia!".......

Dari keterangan Ulama terkemuka pendiri "Persis" tersebut , jelaslah A. Hassan berpendapat baik surga atau neraka pada prinsipnya kekal tidak berkeputusan . Hanya saja beliau mengemukakan suatu jalan keluar
bahwa Allah kuasa mengeluarkan barang siapapun dari neraka atau memasukkan kesurga , kalau Dia mau.......

Tidak kekal pada prinsipnya.......
Berlainan dengan pendapat yang umum dikalangan Mainstream tersebut sebuah "sempalan Islam" lainnya berpendapat secara solid bahwa surga betul-betul kekal selama-lamanya tiada berakhir, sebaliknya dengan
neraka mereka mengatakan terbatas waktunya.... karena itu tidaklah kekal selama-lamanya dan suatu saat pasti berakhir. Penjelasan mereka tidak hanya dikuatkan dengan alasan-alasan akal tetapi juga dengan
dalil-dalil naqal, Al-Qur'an dan Hadits.


Menurut agama Hindu, surga dan neraka (pahala dan hukuman) mempunyai masa yang terbatas dan manusia kan dikirimkan kedunia ini kembali sesudah sesudah menjalani hukuman atau memperoleh ganjaran karena perbuatannya . Sekalipun beberapa firqah Hindu berselisih paham dalam berbagai perincian agama mereka, namun semua mereka sepakat bahwa mengenai prinsip yang fundamental bahwa penghukuman dan
pengganjaran di alam nanti adalah untuk sementara.

Diantara agama-agama Semit, agama Yahudi mengharamkan surga bagi orang yang bukan Yahudi , sedangkan kaum Yahudi nyaris tidak akan kena siksaan neraka sedikitpun, karena menurut agama Yahudi orang Yahudi tidak akan tinggal di neraka lebih dari sebelas bulan, sedang orang yang bukan Yahudi akan bermukim disana selama-lamanya. Menurut orang-orang Kristen, surga dan neraka adaalh kekal, sekalipun sebahagian sekte mereka berkepercayaan bahwa surga akhirnya akhirnya akan tiba pada kesudahannya.....(Tafsir Kabir, oleh Imam Muhammad Fakhruddin Razi----> dikutip dari The Holly Qur'an with English Translation, Editor Malik Ghulam Farid Vol II, Part I mengenai ayat 108 Surah Hud...).

Tetapi Islam berbeda secara fundamental dari semua agama ini. Pemimpin-pemimpin besar Islam dalam beberapa masalah keagamaan dimasa silam dan sebahagian kecil Cendekiawan Muslim masa kini menekankan dengan keras sekali bahwa surga adalah abadi dan kekal, sedangkan neraka adalah sementara dan terbatas masanya. Hadist-hadits dari Rasulullah SAW menunjang pendapat ini. Imam Ahmad bin Hambal Ulama terkemuka dan pendiri Mazhab Hambali yang terkenal itu mengutip suatu Hadits berikut ini dari Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr' bin As sbb:

"Suatu hari akan tiba pada neraka bila daun-daun jendelanya akan saling memukul dan didalamnya tak akan ada seorangpun. Itu akan terjadi bila penghuni-penghuni neraka sudah tinggal disana berabad-abad"....(Musnad Ahmad).

Jadi menurut hadits ini perkataan "khalidina" (tinggal) yang digunakan bertalian dengan neraka hanya berarti "tinggal untuk waktu berabad-abad yang panjang". Yang demikian adalah juga pendapat para sahabat Rasulullah Ibnu Mas'ud dan Abu Hurairah. Menurut Ibnu Taimiyah , Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Anas dan banyak pentafsir berpendapat serupa itu. Berkenaan dengan perkataan "khaalidina" yang banyak dijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur'an sehubungan dengan neraka ini beberapa ahli agama terdahulu ada juga berpendapat bahwa itu tidak berarti "tinggal untuk selama-lamanya". Tetapi mereka mengemukakan bahwa sekalipun orang-orang kafir yang jahat pantas untuk disekap selama-lamanya dalam neraka, namun neraka itu sendiri pada suatu hari akn ditiadakan dengan rahmat-Nya , dan kalau neraka sudah tiada tentu saja tidak ada orang yang akan menghuninya. Diantara orang yang menunjang pendapat ini adalah Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim....(Fath al Bayan, oleh Abul Tayeeb Siddiq ibnu Hassan).


Hadist Rasulullah yang dikutip diatas dari riwayat Abdullah bin Amr, juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah , hal mana menambah besar bobot dan kesahihannya. Suatu hadist lain dari Ibnu Mashud berkata:

"Akan datang suatu waktu pada neraka bila daun jendela-jendelanya kan saling memukul", yakni tidak akan berpenghuni.......(diriwayatkan bahwa Jabir, Abu Sa'id al Khudri dan Abdullah ibnu Umar juga memberikan keterangan demikian.....(Fathul Bayan).


Abu Sai'id al Khudri meriwayatkan sebuah hadits dari Muhammad SAW yang menunjukkan dengan jelas bahwa neraka tidak abadi. Menurut keterangan Hadits ini Rasulullah SAW berkata bahwa pada hari kiamat Tuhan akan memberi izin kepada berbagai orang yang berkedudukan tinggi untuk melakukan syafaat bagi orang-orang yang berdosa. Pada akhirnya orang-orang biasa juga akan diberi izin untuk melakukan syafa'at bagi mereka. Mula-mula mereka akan melakukan syaf'at bagi orang-orang yang mereka kenal. Kemudian dengan izin Tuhan mereka juga akan melakukan syafa'at untuk orang-orang berdosa yang masih punya sedikit iman dalam hati mereka, sampai akhirnya mereka akan melakukan syafaat bagi orang-orang yang hanya punya sebutir iman di dada mereka. Lalu yang akan tinggal di neraka hanya orang-orang yang sedikitpun tidak pernah berbuat amal baik. ketika itulah Tuhan akan bersabda:

"Malaikat-malaikat telah melakukan syafaat, Nabi-Nabi dan orang beriman telah melakukan syafaat dan kini adalah giliran-Ku, Yang Paling Pengampun dari pengampun-pengampun.". Lalu Tuhan akan mengeluarkan segenggam penuh dari api dan malahan mengeluarkan daripadanya orang-orang yang sedikitpun tidak pernah berbuat kebaikan .......(Bukhari dan Muslim)


Hadits ini mengisyaratkan bahwa pada akhirnya akan datang suatu waktu bila semua orang dikeluarkan dari neraka. Karena kalau orang-orang yang tidak pernah berbuat kebaikan sedikitpun, dikeluarkan dari neraka, siapa lagi yang akan tinggal disana? Apalagi genggaman penuh Tuhan bukanlah benda kasar. Dalam pengertian perkataan itu terlingkup keluasan yang tidak terbatas dan tak ada satu bendapun dapat dianggap terlepas dari itu. Dari Hadits itu juga nampak bahwa pendosa-pendosa mula-mula akan diberi hukuman karena dosa mereka , dan kalau mereka telah dibersihkan dari dosa mereka , mereka akan mendapat ganjaran karena amal-amal baik mereka , yang saat itu disimpan sebagai cadangan. Pada ayat Al-Qur'an yang lain ..."orang yang melakukan kebaikan sebesar zarrah pun akan melihat ganjaran kebaikannya itu...(QS. 99:7). Kapan lagi mereka melihat ganjaran kebaikannya kalau seandainya dia terus menrus diazab...mendapat siksaan yang neraka yang tidak berkesudahan itu...? Itu kalau seandainya neraka itu kekal abadi dan tidak ada akhirnya.....!


Mau masuk mana?

Alam semesta=Sholat

Semesta Bertasbih

SHOLAT = SINERGI ALAM SEMESTA




Bumi berputar ke pusat dirinya (Rotasi/Spin) dan bumi juga berputar mengelilingi matahari (Translasi). Rotasi adalah gerakan berputar internal yang berefek pada gerakan berputar eksternal (mengelilingi) yang disebut sebagai gerakan translasi. Tidak mungkin bumi akan bertranslasi jika bumi tidak berotasi, atau jika bumi bertranslasi tanpa berotasi maka yang terjadi adalah kehancuran/ketidakharmonisan.Jika Harmonisasi Bumi Melenceng dari ketetapanny maka akan terjadilah tabrak-menabrak disistem tata surya kita..

Sholat adalah Bukti Kepatuhan Umat Kepada Sang Khalik. Dengan Sholat Kita Mengosongkan hati dan Pikiran dan hanya diisi untuk Allah.
45:2

Dan mintalah pertolongan [kepada Allah] dengan sabar dan [mengerjakan] shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (al-Baqarah: 45).

Sholat juga menselaraskan antara Jasmani dan Ruhani. Tentuny Kita sudah mengetahui Bahwa manfaat sholat secara jasmani ternyata sudah terbukti nyata membawa manfaat luar biasa dalam kehidupan.
Allah Menciptakan Organ tubuh Manusia dengan Tangan, kaki, kepala dan lain2nya tidak lain adalah hikmah tersendiri bagi kaum berpikir.

Kita bisa melakukan gerakan Rukuk, Sujud dll. intinya hanyalah untuk kita agar beribadah kepada Allah.
56:51
"Tidak Aku ciptakan bangsa jin dan manusia kecuali untuk beribadah" (QS. Adz Dzariyat (51): 56)
ketika tak ada lagi yang berputar (Sholat) maka bumi pun enggan berputar, maka terjadilah Hari Akhir..

Bumi berputar = Bumi Sholat

Berputar = Sholat
4:12
Dan ketika Yusuf berkata kepada bapaknya: "Hai bapakku, sesungguhnya aku melihat sebelas bintang dan matahari dan bulan, aku lihat mereka bersujud kepadaku" (Al-Quran, surat Yusuf, ke 12 ayat 4)

Karena benda langit itu bulat, jelas gerak sujud = gerak berputar. Dan karena tempat sholat disebut tempat bersujud (masjid) maka sholat = sujud. Dengan demikian Sholat = Berputar. Jadi bumi berputar = bumi sholat.

Di dalam Al-Quran dikatakan bahwa ekspresi sholat itu berasal dariAllah :
43:33

Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (Al-Quran, surat Al-Ahzab, ke 33 ayat 43)

Kurang lebih gerak satu raka'at yang melihatkan gerak berputar atau gerak 360 derajat itu ialah sbb:

Jadi gerak satu raka'at itu benar-benar memperlihatkan gerak satu putaran 360°.
360°. = Nol.  Kembali ke NOL. Inilah Hakikat Kita. Awalny Kita hanyalah Ketiadaan/ Tidak ada.. Ada karena Allah yang Menciptakan.
Lalu Allah Menciptakan kita dari setitik mani. Maka terjadilah si budi, asep, dewi, siti dll..
LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH (TIADA DAYA DAN UPAYA KECUALI DENGAN PERTOLONGAN ALLAH)



Sholat Gerhana
Ekspresi 2 kali rukuk pada sholat gerhana yang diekspresikan Nabi Muhammad saw, membuktikan bahwa ada hubungan antara gerhana dengan sholat gerhana, karena gerak 2 kali rukuk = 2x90° = 180° = Garis Lurus. Padahal Gerhana adalah segaris lurusnya Matahari Bulan dan Bumi.
Ini membuktikan bahwa rukuk = 90°

43:3

"Hai Maryam patuhlah kepada Tuhan mu dan sujudlah dan rukuklah bersama orang yang rukuk (Al-Quran, surat Ali-'Imran, ke 3 ayat 43)


Sholat Wustho
Kalau sudah tahu bumi berputar adalah sholat, tentu ada hubungan antara sholat dengan bumi yang berputar itu.
Orang yang cerdas seperti kamu tentu bisa membuat kombinasi roda gigi antara sholat dan bumi. Pertanyaan yang perludijawab ialah :"Berapa gigi tersedikit untuk gigi bumi ?" Jawabnya : "KPK dari bilangan 2. 3. 4. Karena macam raka'at sholat adalah 2. 3. 4. Nah, karena KPK dari 2. 3. 4 ialah 12, maka paling sedikit roda gigi yang mewakili bumi harus 12.


6 + 3 + 3 + 4 + 3 = 19
Coba putar 1 x roda bumi itu yang berarti satu hari satu malam.
Maka terlihat kelima roda gigi itu akan berputar seperti raka'at sholat yang lima waktu 24434
Subuh = 12 : 2 = 6 putaran.
Dhuhur = 12 : 4 = 3 putaran.
Asar = 12 : 4 = 3 putaran.
Maghrib = 12 : 3 = 4 putaran.
Isak = 12 : 4 = 3 putaran.
Jadi jumlah putaran kelima solat tadi = 6 + 3 + 3 + 4 + 3 = 19 .Jadi kita bisa menggambarkan Roda Gigi Solat,
Bilangan gigi sholat itu tidak hanya berjumlah 19, tetapi secara satu-satu berhubungan dengan kalimat Bismillaahhirrahmaanirrahiim


kita langung bisa tahu sholat yang tengah (wustho), yaitu sholat 'Ashar.
238:2

Peliharalah atas sholat-sholat dan sholat yang tengah (wustho) dan berdirilah untuk Allah dengan tekun (Al-Quran, surat Al-Baqarah, ke 2, ayat 238) Itulah penemuan sholat wustho secara Ilmu Pasti ('ilmul yaqin)

Untuk Mengetahui angka 19 dan Penjelasanny silahkan lihat Note/Catatan Rahasia Angka 19.
http://www.facebook.com/notes/semesta-bertasbih/keajaiban-angka-19-dalam-al-quran/161663133848033


Sholat DIJAMAK
Kalau sholat shubuh bisa dijamak dengan sholat zhuhhur, memang enak. Tetapi mengapa sholat 'ashar tidak boleh dijamak dengan sholat maghrib ?. Jawabnya:

Jamak 'Isya dan Maghrib ~ Bismillah, tulisan ini benar.
Jamak 'Ashar dan Zhuhhur ~ Ar-Rahman, tulisan ini benar.
Kalau maghrib dan 'Ashar, yang terjadi tulisan Allaahh Alif Lam Ra. Tulisan ini tidak pernah ada.
Shubuh memang tidak pernah dijamak ke mana-mana karena telah lengkap berhubungan dengan Ar-Rahim
Fenomena ini jadi satu pengetahuan bagi kita betapa Nabi Muhammad SAW benar dalam mengekspresikan sunnahnya, dan dapat dibuktikan di kemudian hari. Hal itu karena apa yang dikatakan Nabi bukanlah dari hawa nafsunya, tetapi wahyu yang dikirim, seperti disebut pada surat An-Najmu ayat 3 dan 4.
3:53
                                                                                                                        4:53Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya.Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)(Al-Quran, surat An-Najmu ke 53 ayat 3-4)

Bilangan 31
Di dalam surat Ar-Rahman (ke 55) diulang 31 kali ayat dibawah ini :
"Maka ayat kebesaran Rabbi kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
(Al-Quran, surat Ar-Rahman, ke 55 ayat 37)
"Maka apabila langit terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak"
(Al-Quran, surat Ar-Rahman, ke 55 ayat 38)
Ayat 38 ini pengulangan yang ke 12, sebelumnya ayat 37 menyatakan Kiamat.
Kesimpulan :
BUMI ~ 12
Pada surat Ar-Rahman ditandai bumi sampai kiamat dengan bilangan 12
Akhirat ~ 19
Dan Akhirat dengan bilangan 19
12 + 19 = 31
Bilangan 12+19 = 31 pada surat Ar-Rahman itu kita temukan pada roda gigi tadi

Syaraf yang keluar dari tulang belakang umumnya 31 pasang dan 12 diantaranya keluar dari tulang punggung
Kalau roda gigi sholat kita pasangkan ke tulang belakang ini, tentunya tulang leher yang 7 berpasangan dengan roda gigi 'Isyaa' dan Maghrib yang berjumlah 7.
16:50
Dan sungguh kami telah menciptakan manusia, dan kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh dirinya, dan kami lebih dekat kepadanya dari urat lehernya. (Al-Quran, surat Qof, ke 50 ayat 16)

Semoga Kita Termasuk Orang2 Yang diberikan Kekuatan Oleh Allah untuk Khusyu' dalam Sholatnya. Amin.

ITULAH KEKUASAAN ALLAH.......................
MARILAH KITA RENUNGI.................!!!!!!!!!!!!

Jumat, 15 Oktober 2010

Perjalanan Manusia


Urip mung mampir ngombe,” 

 tegas nenek saya. Hidup itu cuma bersinggah untuk minum.
Mari sini, teman-teman yang baik, mari sini. Sembari mengukur jalan ini, membuang kembali ingatan ke masa kecil, yang kata orang, masa paling indah. Ingatkah ruang itu, ketika kita menyusuri kebun tebu dan melempari danau bersama kawan-kawan sebaya, tanpa tuntutan, tanpa prasyarat? Dan jejak-jejak gairah itu, luka itu, rasanya baru kemarin, bukankah demikian?
Dan sungguh, waktu meluncur begitu cepat. Hal-hal yang tak terbayangkan di masa kecil, kini kita hadapi. Maka sampailah kita di sini, para penyusur jalanan dan gedung-gedung kota yang suram. Pergi pagi pulang petang. Lalu untuk apa? Mengisi lambung yang hanya seukuran setengah bantal ini? Menunggu maut?
Ah, sudahlah… ;-)
Ijinkan saya bercerita tentang bab-bab kehidupan, perjalanan sebagian besar kita, yang bermula dari suatu masa jauh sebelum kita dilahirkan, dan berakhir dengan… entahlah, saya ingin membiarkan jari-jari ini jatuh kemana pun yang disuka. Hanya dengan memahami bab-bab awal itu, kita akan beroleh clue dimana kita sekarang, untuk apa, dan kemana semuanya ini menuju.
* * * *
CHAPTER 1
Bersama Tuhan
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka: “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul, kami menjadi saksi”. (QS [7]:172)
alastu.jpg
Tentang apakah ayat ini berkisah? Siapakah itu jiwa-jiwa keturunan Adam, yang berhadap-hadapan dengan Allah Yang Maha Tinggi itu, teguh bersaksi tiada ragu “Betul, kami menjadi saksi”?
Kita, teman-teman yang baik. Itu kita. Saya, anda, masing-masing, semuanya! Jiwa yang ada di sana itu, adalah juga yang ada di sini. Sosok yang bercakap-cakap dengan Sang Raja Diraja Semesta Raya itu, adalah juga sosok yang ini. Bukan siapa-siapa, bukan para tokoh di dongeng dan kisah pahlawan, tapi kita.
Kita adalah saksi tentang keesaan Tuhan, bukankah demikian? Kita lah, makhluk mulia yang diciptakan dengan sebaik-baiknya ini, yang akan angkat suara atas segala keraguan tentang keberadaan Tuhan. Karena bukankah kita telah melihat Dia, teman-teman yang baik? Berbicara dengan-Nya? Kita lah yang paham benar, kita yang tahu. Siapapun itu: presiden dan tukang cukur, guru dan para murid, sarjana dan kaum awam, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, tak satu pun terkecuali. Kita berasal dari sana, kita semua bersaksi, dan akan dituntut tentang persaksian itu.
… agar di hari kiamat engkau tak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini.” (QS [7]:172)
Akan tetapi, lihatlah diri ini kini. Ingatkah kita tentang semua kejadian itu? Ingatkah kita akan sosok “wajah” yang kepada-Nya kita menghadap dahulu?
Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa kepada kejadiannya… (QS [36]:78)
Kebanyakan kita, tak sedikit pun mampu mengingatnya. Mengapa? Coba kita teruskan, barang sebentar.

CHAPTER 2
Di Dalam Rahim
Di rahim ibu, lumbung kokoh nan penuh kasih sayang, sebuah “kendaraan” pun hati-hati disiapkan, ditumbuhkan dari segumpal tanah.
Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya. (QS [71]:17)
Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. (QS [39]:6)
Empat bulan lamanya (atau 120 hari, atau 3 kali 40 hari) adalah usia janin ketika terjadi apa yang di dunia kedokteran disebut sebagai quickening, ketika sang ibu mulai merasakan gerak-gerik yang kuat di rahimnya, ketika seluruh bagian tubuh mengalami perkembangan cepat — yang oleh sebagian tafsir disebut sebagai saat ketika jiwa dan ruh mulai ditiupkan.
inthewomb.jpg
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh-Nya… (QS [32]:9)
Dia-lah yang menciptakan kamu dari turaab, kemudian dari nuthfah, sesudah itu dari ‘alaqah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak… (QS [40]:67)
Jiwa anak-anak adalah jiwa yang bersih nan suci, begitu kata Rasulullah s.a.w.
Lihatlah bayi-bayi itu, teman-teman yang baik. Mereka tersenyum kepada setiap orang, walau tetap sensitif pada setiap bersitan niat buruk yang hadir, bukankah begitu? Mereka bercakap-cakap dengan hewan dan tumbuhan, bahkan bercanda memandang ke arah sesuatu yang kita tak mampu melihatnya. Mereka menyentuh sana dan sini, memasukkan apa saja ke mulutnya, belajar tentang dunia barunya, dunia yang asing yang kini musti dijalani, bumi beserta seluruh penghuninya, juga tubuh — kendaraan barunya ini, yang memungkinkannya merambah belantara, samudra dan angkasa, di sini.
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menjadi abdi-Ku. (QS [51]:56)
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.” (QS [2]:30)
Dan babak baru pun dimulai…
CHAPTER 3
Dunia, Tempat Persinggahan
Tubuh, kata Al-Ghazali, adalah kendaraan bagi jiwa, kendaraan kita. Tubuh dengan kepala dan kaki, tangan dan punggung yang kita sentuh ini, adalah bak kereta kuda bagi kita kusirnya, sang pengendali kuda. Namun semenjak hari pertama itu pun, kita menumbuhkan “aku” yang lain, egoisme, dan melakukan apa saja demi keakuan yang baru ini. Kita bercermin, dan menyangka bayangan itulah diri kita. Kita mengambil foto dan meyakinkan semua orang, lihatlah diriku, betapa ayu dan gagah sungguh.
Teman-teman yang baik, adakah sama, kusir dengan keretanya? Adakah sama, “aku” dengan “tubuhku”? Pernahkah kita bertanya, di manakah diri kita yang sebenarnya, kini? Di manakah kita yang dulu berhadap-hadapan dengan Sang Penguasa Semesta? Kapan terakhir kita sanggup melihat-Nya?
Dan keserakahan, hawa nafsu, syahwat pun kian mewabah. Sang bayi yang telah tumbuh besar itu pun kini tak lagi mudah tersenyum pada orang-orang, atau berbicara pada pohon dan kupu-kupu. Kita jadi mudah marah, dan merasa diri telah bersikap tegas. Kita mengurangi timbangan pelanggan dan karyawan, dan merasa diri telah melakukan hal yang cerdik. Kita pergi haji, dan merasa lengkaplah sudah satu set kapling di dunia dan villa di surga. Padahal kepada Tuhan dan kisah para nabi, diam-diam kita menepisnya “Dongengan jaman dulu! Berbicara dengan Tuhan? Ah, hari gini?”, sembari mengangkat cawan selamat hari raya, demi koneksi dan relasi.
… seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. (QS [59]:19)
Teman-teman yang baik, jiwa ini telah lumpuh! Digerogoti oleh prahara dosa, nafsu dan amarah. Lumpuh, dalam arti sebenarnya, pingsan dan tak sadarkan diri, tak bisa bangkit, terpuruk!
jiwa-sekarat.jpg
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS [91]:10)
Maka siapakah kini yang tengah berjalan-jalan ini?
Teman-teman yang baik, kereta kuda itu telah melalang buana tanpa kendali, pergi kemanapun yang disuka: kepada harta, kekuasaan, dan senggama. Terbangun di pagi hari, sampai terkulai di malam hari, tubuh kita menjalankan berbagai hal, tanpa tahu untuk apa semua itu.
Mari pikirkan baik-baik persaksian itu. Adakah tubuh ini turut bersaksi di sana?
Tentu tidak! Tubuh terbentuk di dalam rahim, dan tak tahu menahu tentang persaksian yang kita alami. Tubuh tak punya “acara” di bumi ini, selain sebagai kendaraan bagi jiwa, bagi kita. Tubuh tak peduli soal kita yang musti menjadi abdi-Nya, yang musti menjadi wakil-Nya, khalifah-Nya di muka bumi. Teman-teman yang baik, kita lah yang merekam peristiwa persaksian itu, tubuh tak ingat apa-apa. Hati yang bersih yang akan sanggup mengingatnya, otak tak tahu apa-apa. Tubuh tak ada di sana! Namun bila bahkan jiwa dan hati ini tak mengingat apapun… wahai, tidakkah itu berarti jiwa ini tengah sekarat, teman-teman yang baik?
Tanpa sang kusir, bukankah tubuh akan bak kereta kuda yang pergi kemana pun yang disuka, melakukan apapun yang dimauinya?
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya… Mereka itu tak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya. (QS [25]:43-44)
Dan hal ini pun berlangsung, sampai senja menyadarkan kita… tatkala jiwa dilepaskan, dicabut dari tubuhnya, maka kita akan paham. Kita akan tahu, teman-teman yang baik, kita akan melihat semuanya!
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. (QS [50]:22)
* * * *
dan CHAPTER 4, 5…
Dan chapter 4 adalah sebuah perjalanan di alam yang berbeda, alam barzakh. Sebuah kehidupan yang jauh lebih panjang, jauuuuhh lebih lama dari yang kita jalani di dunia sekarang ini. Sebuah masa yang berawal ketika jiwa dan ruh “dicabut” dari tubuh, ketika tubuh menyelesaikan tugasnya dan kembali ke tanah dan kita (jiwa) meneruskan perjalanannya, dan berakhir tatkala sangkakala mulai ditiup, yang menandai awal dari qiyamah ketika semesta raya ditutup dan seluruh makhluk dikumpulkan di sebuah padang, Chapter akhir dari kehidupan.
Maka, bila kita (jiwa ini) dalam keadaan lumpuh, bagaimana kita akan melanjutkan perjalanan yang jauh nan panjang nanti?
Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat ia akan lebih buta dan lebih tersesat dari jalan. (QS [17]:72)
Teman-teman yang baik, kita masing-masing di sini, di tempat persinggahan ini, ditugaskan untuk mengambil sesuatu, dan kita diberi fasilitas yang berbeda-beda.
Tiap-tiap diri dimudahkan sesuai dengan untuk apa ia diciptakan. (Rasulullah SAW — HR Bukhari)
Dan Al Quran adalah sebuah peta rahasia, yang menceritakan tentang seluruh alam ini, kehidupan ini, apa yang akan dihadapi, dan bagaimana melewatinya dengan baik, dari awal sampai akhir, bukankah begitu? Al Quran pada dasarnya berkisah tentang diri kita, ketika berbicara tentang orang-orang kafir dan para pencinta dunia. Al Quran menunjuk diri kita, ketika berbicara tentang penyembah berhala yang menuhankan hawa nafsunya. Al Quran tidak menunjuk siapa-siapa, ketika berkisah tentang Bani Israil. Kita, teman-teman yang baik. Kita yang ditunjuk.
* * * *
Semoga sebuah kehendak yang sungguh-sungguh untuk kembali… barangkali itu sebuah awal yang baik.
Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (QS [7]:23)
Allah menarik orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada-Nya orang yang kembali. (QS [42]:13)
Kembali, teman-teman yang baik. Dan jika kita kembali berjalan menuju-Nya, Dia akan berlari menjemput. Itu pasti. Insya Allah.


Urip mung mampir ngombe,” tegas nenek saya. Hidup itu cuma bersinggah untuk minum.
Mari sini, teman-teman yang baik, mari sini. Sembari mengukur jalan ini, membuang kembali ingatan ke masa kecil, yang kata orang, masa paling indah. Ingatkah ruang itu, ketika kita menyusuri kebun tebu dan melempari danau bersama kawan-kawan sebaya, tanpa tuntutan, tanpa prasyarat? Dan jejak-jejak gairah itu, luka itu, rasanya baru kemarin, bukankah demikian?
Dan sungguh, waktu meluncur begitu cepat. Hal-hal yang tak terbayangkan di masa kecil, kini kita hadapi. Maka sampailah kita di sini, para penyusur jalanan dan gedung-gedung kota yang suram. Pergi pagi pulang petang. Lalu untuk apa? Mengisi lambung yang hanya seukuran setengah bantal ini? Menunggu maut?
Ah, sudahlah… ;-)
Ijinkan saya bercerita tentang bab-bab kehidupan, perjalanan sebagian besar kita, yang bermula dari suatu masa jauh sebelum kita dilahirkan, dan berakhir dengan… entahlah, saya ingin membiarkan jari-jari ini jatuh kemana pun yang disuka. Hanya dengan memahami bab-bab awal itu, kita akan beroleh clue dimana kita sekarang, untuk apa, dan kemana semuanya ini menuju.
* * * *

PERJALANAN MANUSIA 
HANYALAH SEBENTAR SAJA
                                        MAKA KITA HARUS MEMPERSIAPKAN
                                                     BEKAL UNTUK DISANA..............